Selasa, 29 Maret 2022

Epistomologi dalam Metodologi Ilmu

Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung, dan dijustifikasi oleh akal kebahasaan yang digali lewat inferensi (istidlâl). Secara langsung artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikannya tanpa perlu pemikiran; secara tidak langsung berarti memahami teks sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran. 
Istilah bayânî dari kata bahasa Arab bayân, berarti penjelasan (eksplanasi). Al- Jabiri (1936–2010 M), berdasarkan beberapa makna yang diberikan kamus Lisân al-Arab karya Ibn Mandzur (1233–1312 M) dan dianggap sebagai karya pertama yang belum tercemari pengertian lain, memberikan arti bayân sebagai al-fashl wa infishâl (memisahkan dan terpisah) dan al-dhuhûr wa al-idhhâr (jelas dan penjelasan). Sementara itu, secara terminologi, bayân mempunyai dua arti, yaitu (1) sebagai aturan-aturan penafsiran wacana (qawânîn tafsîr al-khithâbi) dan (2) syarat-syarat memproduksi wacana (syurûth intâj al-khithâb). Pengertian tentang bayani tersebut kemudian berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran Islam.
 
Dari yang saya pahami disini adalah bahwa Epistomologi Bayani dalam Islam itu memiliki penjelasan yang mendalam sebagai referensi untuk mengatur penafsiran dan memproduksi wacana.

Senin, 28 Maret 2022

Ilmuwan Islam dalam Bidang Kedokteran

Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi atau Al-Zahrawi (Madinatuz Zahra', 936 - 1013), (Bahasa Arab: أبو القاسم), dikenal di Barat sebagai Abulcasis, adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama "El Zahrawi". Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa. Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menankan pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang. Pada masa itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi bedah kepada dokter atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah. Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah,’‘ ucap Pietro Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter sera ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan. Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah Prancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali.

Minggu, 20 Maret 2022

IDI Alias AS: Part I

Resume Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Islam Ilmu dalam bahasa Arab علم, masdar dari عَـلِمَ – يَـعْـلَمُ yang berarti tahu atau mengetahui. Secara istilah ilmu berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkap secara sempurna segala hakikat yang dibutuhkan. Ilmu pengetahuan sangatlah penting bagi setiap manusia. Dalam ajaran islam, menuntut ilmu adalah salah satu dari ibadah kepada Allah SWT. Manusia dapat membaca Al Quran dengan berilmu, dan memahami makna yang terkandung dalam segala persoalan dimuka bumi. Al - Attas membagi konsep ilmu pengetahuan menjadi dua, yaitu Illuminasi (Ma'rifat) dan Ilmu Sains. Ilmu dalam Islam memiliki dimensi yang universal, empirik, dan metafisik (ghaib). Ilmu dalam Islam tidak hanya meliputi ilmu-ilmu agama saja melainkan ada ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika, biologi, dan sebagainya. Dalil yang menjelaskan tentang Konsep Ilmu Pengetahuan yaitu Q.S. Al-'Alaq (96) : 1-5 yang menjelaskan tentang manusia unggul dikarenakan memiliki akal dan pikiran dibandingkan dengan makhluk lainnya. Episteme Ilmu dalam Islam berlandaskan Tauhid Penerapan metode ilmiah yang berlandaskan rasional dan empiris telah membawa kehidupan manusia pada masa modernisme yang pada perkembangannya melahirkan corak pemikiran yang mengarah pada rasionalisme, liberalisme, positivisme, materialisme, pragmatisme dan sekulerisme. Ilmu pengetahuan tetap diposisikan secara netral. Agama dan ilmu dipisahkan dan Tuhan dijauhkan di urusan pengembangan ilmu pengetahuan. Reorientas Epistemologi Islam berdasarkan Tauhid 1. Doktrin Al-Qur'an - Perintah untuk berpikir - Perintah untuk meneliti tanda-tanda diri manusia - Perintah untuk merefleksikan kisah-kisah dan perumpamaan - Perintah untuk membaca, menulis, dan meneliti alam semesta - Keutamaan orang yang beriman Klasifikasi Ilmu Menurut Al-Ghazali Al-Ghazali mengklarifikasi ilmu dibagi menjadi dua, yaitu Fardhu Kifayah (hanya dijalankan oleh sebagian orang di suatu wilayah) dan Fardhu 'Ain (wajib bagi setiap umat Muslim).